Foto KP

 
 

 

specialoperationsguest
 
 
 

 

           
 

MENGUKUR  KEKUATAN TNI DALAM MENJAGA  KEDAULATAN  NKRI

Kedaulatan NKRI adalah harga mati, namun di balik itu tidak dibarengi dengan peningkatan kekuatan Alutsista dan personil TNI.Alat utama sistem senjata merupakan kebutuhan mutlak bagi TNI untuk menjaga kedaulatan.Tidak hanya kedaulatan wilayah namun juga menambah kekuatan diplomasi RI di dunia Internasional. Hal ini seperti dalam kasus lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan dari tangan RI, dan kasus Ambalat yang semuanya berada di wilayah perbatasan RI.Kurangnya  kekuatan diplomasi di meja perundingan dan diperparah lemahnya pengawasan wilayah perbatasan. Siapakah  yang kemudian harus disalahkan?   
TNI, semenjak bergulirnya reformasi intern dan melepas dwi fungsi ABRI , bertekad meninggalakan pengaruhnya di  bidang politik dan sipil untuk kemudian membangun diri menjadi prajurit professional. Salah satu akibatnya TNI harus meninggalkan bisnis-bisnisnya dan hanya bergantung pada APBN pemerintah untuk membiayai  sebagian anggarannya. Celakanya lagi, anggaran pemerintah untuk TNI hanya kurang dari 1% dari seluruh total anggaran. Anggaran tersebut juga tidak dapat memenuhi kebutuhan ideal TNI. Tidak usah berbicara pembelian Alutsista baru, untuk membiayai operasional  dan perawatan alutsista saja sudah setengah mati.
Kondisi umum TNI sekarang dibawah kondisi minimal kekuatan yang harus dimiliki. Artinya dalam keadaan damai TNI belum mampu melaksanakan tugas pengamanan secara keseluruhan .Dari ketiga angkatan (AD , AL , AU )kondisi terparah adalah TNI AU dan AL. Sejak Orde Baru TNI AL  jarang kebagian alutsista baru. Bahkan pembelian terbesar pada orde baru “hanya” pembelian 16  kapal korvet kelas Parchim yang  merupakan kapal perang “bekas” dari  Angkatan laut Jerman Timur buatan 60an.Kapal –kapal tersebut mengalami peremajaan pada bagian mesin, persenjataan ,radar, dan sistem managemen senjata.Sisanya adalah kapal kapal dengan usia di atas 30 tahun yang dibeli pada saat pemerintahan Soekarno untuk melaksanakan operasi Mandala untuk  pembebasan Irian Barat itupun tidak semuanya layak digunakan .
Setelah Era Reformasi perlahan-lahan TNI AL mulai mendapatkan alutsista baru.mulai dari pembelian 4 korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometry Modular Approach) senilai $ 150 juta per kapal .Kapal tersebut beraliran Stealth serta begian –bagiannya modular sehingga dapat disesuaikan dengan penggunaannya .Juga 3 buah LPD (Landing Platform Dock) dari Korea yang merupakan kapal multifungsi karena dapat digunakan untuk komando, transport Tank dan tentara , maupun rumah sakit,serta dapat didarati berbagai macam helicopter.Selain itu akan didatangkan pula 2 kapal selam kelas Kilo 636 dari Rusia , 2 shipset rudal anti kapal Yakhont, dan 20 tank amphibi tipe BMP -3F untuk marinir  yang pembiayaannya berasal dari program pinjaman 1 milyar dollar Amerika dari Rusia tahun anggaran 2007-2009 untuk ketiga angkatan.
TNI AU lumayan mujur karena pada tahun 80an RI mulai mengganti pesawat  tua yang berasal dari Rusia th60an dengan pesawat dari Barat mulai dari F-5E Tiger 2 dan A-4 Sky Hawk dari Amerika Serikat (namun sebenarnya  A-4 adalah pesawat bekas yang dibeli secara rahasia dari Israel) .  Tahun 90an TNI AU mulai menerima 12 pesawat gres F-16 A/B Fighting Falcon  yang dibeli dari Amerika Serikat senilai $ 375 juta (ada penawaran  penambahan 9 unit F-16   dari AU Pakistan ,namun karena mulai diembargo dan krisis ekonomi penambahan tersebut tidak terlaksana).F-16 kini ditempatkan di Lanud Iswahjudi Madiun dan tinggal 10 unit yang beroperasi (2 pesawat mengalami kecelakaan).Kemudian disusul pembelian  sekitar 30an pesawat  jenis Hawk ,mulai dari Hawk 53, Mk 109 , dan Hawk Mk 209 dari BAE Inggris. Walaupun ada suara miring tentang pembelian Hawk tsb karena dianggap  deterennya lemah. Diatas kertas (dari kecepatan , avionic ,senjata ,jarak jelajah) secara keseluruhan Hawk kalah jauh dari F-16. Faktor Ekonomi dan geopolitik pada saat itu yang memaksa pemerintah memilih pesawat jenis Hawk.Pesawat Hawk adalah pesawat tempur ringan yang mempunyai kemampuan utama serang darat dan sebagai pertahanan udara lapis kedua.Kemudahan perawatan dan biaya operasional yang murah menjadikannya pilihan pemerintah pada waktu itu.Kini Hawk mempunyai base di Lanud Supadio,Pontianak dan Lanud Pekanbaru,Riau.Semenjak suku cadang F-16 diembargo oleh Amerika Serikat sehingga tidak bias terbang, Hawk Mk 209 menjadi tulang punggung(backbone) TNI AU menggantikan F-16.  
Tahun 2005-2006 TNI AU mulai menerima pesawat yang dianggap sebagai Air Superiority oleh blok Timur, ya Su-27 dan Su30 Mk. 2 Su-27 dan 2 Su-30 kini menghuni Lanud Makassar yang kemudian direncanakan menjadi 1 Skuadraon penuh (12 pesawat). Kebijakan mengalihkan sumber pengadaan alutsista dari Rusia  menyiratkan bahwa TNI tidak mau lagi tergantung kepada satu sumber saja dan mencegah terjadinya embargo dari Negara Barat. Pemerintah Rusia memang memisahkan  kebijakan politik luar negeri dengan penjual persenjataan, artinya jika barang telah dibeli maka terserah bagi negara pemakai menggunakannya. Kebijakan membeli pesawat Sukhoi dinilai tepat karena kemampuannya yang dapat beroperasi dalam jarak yang jauh (tanpa bahan bakar eksternal) sesuai wilayah Indonesia yang sangat luas. Tidak hanya soal radius jelajah , namun dari segi avionik, sistem  senjata, kecepatan, dan parameter2 tempur  lain yang lebih baik dari pesawat tercanggih yang dimiliki  sebelumnya yaitu F-16.Namun kita tidak bisa membandingkan langsung antara Su-27/30 dengan F-16 karena kelasnya sendiri memang berbeda. Dalam konteks ini Su-27/30 dianggap memiliki deteren(efek penggertak) yang lebih kuat dibanding pesawat sebelumnya(dengan jumlah yang ideal pula tentunya). Namun yang paling penting (pd saat anggaran pembelian masih sangat kecil) pilot –pilot Indonesia diharapakan  tidak tertinggal terlalu jauh dengan pilot2 negara tetangga yang sudah menggunakan pesawat generasi 4 tsb.Sebagai catatan 5 dari 6 orang pilot yang dikirim ke Rusia telah mendapatkan sertifikasi sebagai pilot trainer  dan tes/penguji.

BERSAMBUNG……..

Kekuatan TNI AL


FRIGATES

 

  • 331 Martha Kristina Tiyahahu
  • 332 Wilhelmus Zakarias Yohanes 
  • 333 Hasanudin (Out of Service)
  • 341 Samadikun (Out of Service)
  • 342 Martadinata
  • 343 Robert Wolter Monginsidi (Out of Service)
  • 344 I Gusti Ngurah Rai

 

  • 351 Ahmad Yani
  • 352 Slamet Riyadi
  • 353 Yos Sudarso
  • 354 Oswald Siahaan
  • 355 Halim Perdanakususma
  • 356 Karel Satsuit Tubun

 

CORVETTES

 

  • 361 Fatahillah
  • 362 Malahayati
  • 363 Nala
  • 364 Ki Hajar Dewantara (Training)
  • 365 Diponegoro [active Jul 07]
  • 366 Hasanudin [active Nov 07]
  • 367 Sultan Iskandar Muda [active Sep 08]
  • 368 Frans Kaisiepo [active Mar 09] 
  • 371 Pattimura
  • 372 Untung Suropati
  • 373 Nuku
  • 374 Lambung Mangkurat
  • 375 Cut Nya Dhien

 

  • 376 Sultan Taha Syaifudin
  • 377 Sutanto
  • 378 Sutedi Senoputra
  • 379 Wiratno
  • 380 Memet Sastrawiria
  • 381 Tjiptadi
  • 382 Hasan Basri
  • 383 Imam Bonjol
  • 384 Pati Unus
  • 385 Teuku Umar
  • 386 Silas Papare

 

 

SUBMARINES

  • 401 Cakra
  • 402 Nanggala
  •  2 unit Kilo Class 636 ,active 2008/09

 

Fast Attack Crafts

 

  • 621 Mandau
  • 622 Rencong
  • 623 Badik
  • 624 Keris
  • 650 Andau
  • 651 Singa
  • 652 Tongkak
  • 653 Ajak
  • 801 Pandrong
  • 802 Sura 
  • 803 Todak
  • 804 Hiu
  • 805 Layang
  • 806 Lemadang
  • 807 Boa
  • 808 Welang
  • 809 Suluh Pari
  • 810 Katon 
  • 811 Kakap
  • 812 Kerapu
  • 813 Tongkol
  • 814 Barakuda
  • 815 Sanca

 

  • 816 Warakas
  • 817 Panana
  • 818 Kalakai
  • 819 Tedong Naga
  • 820 Viper
  • 821 Piton
  • 822 Weling 
  • 847 Sibarau
  • 848 Siliman
  • 857 Sigalu
  • 858 Silea
  • 859 Siribua
  • 861 Waigeo 
  • 862 Siada
  • 863 Sikuda
  • 864 Sigurot 
  • 865 Tenggiri
  • 866 Cucut 
  • 867 Kobra
  • 868 Anakonda 
  • 869 Patola
  • 870 Taliwangsa

 

                 MINESWEEPERS:

 

  • 701 Pulau Rani (Out of Service)
  • 701 Pulau Ratewo
  • 711 Pulau Rengat 
  • 712 Pulau Rupat
  • 721 Pulau Rote (also used for Survey Hydro) 
  • 722 Pulau Raas
  • 723 Pulau Romang (also used for Survey Hydro)
  • 724 Pulau Rimau

 

  • 725 Pulau Rondo
  • 726 Pulau Rusa
  • 727 Pulau Rangsang
  • 728 Pulau Raibu
  • 729 Pulau Rempang (also used for Survey Hydro)

 

LANDING TRANSPORT SHIPS: 

 

  • 501 Teluk Langsa 
  • 502 Teluk Bayur
  • 503 Teluk Amboina
  • 504 Teluk Kau
  • 508 Teluk Tomini
  • 509 Teluk Ratai
  • 510 Teluk Saleh 
  • 511 Teluk Bone
  • 512 Teluk Semangka 
  • 513 Teluk Penyu
  • 514 Teluk Mandar
  • 515 Teluk Sampit
  • 516 Teluk Banten
  • 517 Teluk Ende
  • 531 Teluk Gilimanuk

 

  • 532 Teluk Celukan Bawang
  • 533 Teluk Cendrawasih
  • 534 Teluk Berau
  • 535 Teluk Peleng
  • 536 Teluk Sibolga
  • 537 Teluk Manado
  • 538 Teluk Hading
  • 539 Teluk Parigi
  • 540 Teluk Lampung
  • 541 Teluk Jakarta
  • 542 Teluk Sangkulirang
  • 543 Teluk Cirebon
  • 544 Teluk Sabang

 

SUPPORT VESSELS

 

  • 548 Nusa Utara
  • 561 Multatuli
  • 582 Kupang
  • 583 Dili
  • 590 Makassar (LPD)  
  • 901 Balikpapan (Coastal Tanker)
  • 902 Sambu (Coastal Tanker)
  • 903 Arun (Light Fleet Oiler)
  • 906 Sungai Gerong 
  • 911 Sorong (Light Fleet Oiler) 
  • 921 Jayawijaya (Out of Service)
  • 922 Rakata (Out of Service)
  • 923 Soputan (Fleet Tug)
  • 924 Leuser (Fleet Tug)
  • 931 Burudjulasad (Survey)
  • 932 Dewa Kembar (Survey Hydro)
  • 933 Jalanidhi (Survey)
  • 959 Teluk Mentawi (Out of Service)
  • 960 Karamaja (Out of Service

 

  • 961 Wagio
  • 971 Tanjung Kambani 
  • 972 Tanjung Dalpele (LPD - Command)
  • 973 Tanjung Nusanive (ex KM Kambuna)
  • 974 Tanjung Fatagar (ex KM Rinjani)
  • 981 Karang Pilang (ex KFC Ambulu)
  • 982 Karang Tekok (ex KFC Mahakam)
  • 983 Karang Banteng (ex KFC Serayu)
  • 984 Karang Galang (ex KFC Cisadane)
  • 985 Karang Unarang (ex KFC Barito)

 

 

TRAINING SHIPS:

  • Arung Samudera
  • Dewaruci

 

 

Dutch-made SIGMA corvette ordered by TNI-AL, to be commissioned 2007-2009.

 

Indonesian submarines: KRI Cakra - 401 and KRI Nanggala - 402.

 

 

Korvet kelas parchim KRI Imam Bonjol – 383 , menembakkan rudal anti kapal selam RBU-6000

Three Indonesian corvettes (lt to rt: KRI Imam Bonjol - 383, KRI Sultan Taha Syaifudin - 376, KRI Teuku Umar - 385).

 

KRI Fatahillah - 361

 

 

 

 

KRI Welang - 808, Indonesian navy fast patrol boat.

An Indonesian-made fast patrol boat: KRI Pandrong - 801.

 

 

KRI Tanjung Dalpele - 972, the largest ship of Indonesian navy

 

Jalesveva Jayamahe Monument, located at Eastern Fleet Port in Surabaya

. Indonesian training vessel, KRI Dewaruci

 

Model  kapal selam klas Kilo-636 Rusia

KEKUATAN ANGKATAN UDARA


A-4 Sky Hawk,pensiun pada th 2005, berkemampuan serang darat bermesin tunggal

F-5 E Tiger 2,homebase di Lanud Iswahjudi,Madiun, merupakan pesawat interceptor ringan. Kec maks . mach1,5 bermesin ganda, senjata rudal  udara ke udara Sidewinder

 

F-16 A/B Fighting Falcon. Berkemampuan multirole fighter,kec. maks. Mach 2. Senjata antipesawat Sidewinder dan rudal udara ke darat AGM Maverick disertai berbagai macam bom.
Pesawat pertama Indonesia yang memiliki HUD (head up display) serta kendali fly by wire.

 

 

 

 

 

 

 

Sumber:

  •  Majalah Angkasa,2003 s/d 2006
  •  Indonesianeliteforces.tripod.com
  •  
  •  

 

 Copyright ©2008 adhingdoang@yahoo.co.uk